asean.or.id – Banyak orang merasa gaji bulanan mereka lenyap begitu cepat, meski pola belanja kebutuhan sehari-hari tidak berubah. Fenomena ini kini menjadi keluhan umum di kalangan masyarakat, terutama kelas menengah. Inflasi harga barang, gaya hidup konsumtif, dan maraknya pinjaman online (pinjol) menjadi biang kerok utama. Artikel ini mengupas penyebab gaji cepat habis dan cara mengatasinya.
Inflasi Harga Barang Jadi Penyebab Utama
Harga barang kebutuhan sehari-hari terus merangkak naik. Menurut ekonom senior, kenaikan ini tidak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan masyarakat. Misalnya, harga bahan pokok, transportasi, hingga produk non-makanan seperti kosmetik meningkat lebih cepat dibandingkan kenaikan gaji. Akibatnya, daya beli menurun, dan gaji terasa tidak cukup.
Data ekonomi menunjukkan perlambatan pertumbuhan tabungan individu dengan saldo di bawah Rp 100 juta. Ini menandakan banyak orang kesulitan menyisihkan dana karena pengeluaran terus membengkak. Dengan demikian, masyarakat cenderung menghabiskan gaji mereka untuk kebutuhan dasar tanpa sisa untuk tabungan.
Gaya Hidup Konsumtif Memperparah Keadaan
Selain inflasi harga barang, pola konsumsi masyarakat juga berperan besar. Banyak orang kini tergoda membeli barang di luar kebutuhan pokok, seperti gadget baru atau makan di restoran. Pengeluaran ini sering dianggap sepele, tetapi tanpa disadari menambah beban keuangan.
Seorang perencana keuangan menjelaskan bahwa pembelian impulsif, meski dalam jumlah kecil, bisa berakumulasi menjadi pengeluaran besar. Misalnya, membeli kopi seharga Rp 30.000 setiap hari bisa menghabiskan Rp 900.000 sebulan. Oleh karena itu, kebiasaan ini membuat gaji bulanan cepat ludes.
Maraknya Pinjaman Online
Tren pinjaman online (pinjol) juga memperburuk situasi. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding pinjol mencapai Rp 84,66 triliun per Juli 2025, naik 22,01% dari tahun sebelumnya. Pinjol banyak digunakan oleh kelas menengah ke bawah untuk menutupi kebutuhan mendesak. Namun, bunga tinggi dan cicilan berulang justru menjebak mereka dalam lingkaran utang.
Para ahli menegaskan bahwa ketergantungan pada pinjol sering kali dipicu oleh ketidakmampuan mengelola keuangan. Dengan kata lain, gaji yang seharusnya cukup untuk kebutuhan pokok malah tergerus untuk membayar utang.
Dampak Inflasi Harga Barang pada Daya Beli
Kenaikan harga barang, terutama yang bersifat rutin, sering tidak disadari. Sebagai contoh, kenaikan harga beras atau bahan bakar sebesar Rp 1.000 per unit mungkin terasa kecil. Namun, jika diakumulasikan selama sebulan, pengeluaran tambahan ini bisa mencapai puluhan ribu rupiah. Akar masalahnya, masyarakat tetap membeli barang tersebut karena kebutuhan, meski harganya naik.
Selain itu, kelangkaan beberapa produk juga mendorong harga lebih tinggi. Hal ini memaksa masyarakat mengeluarkan dana lebih besar untuk barang yang sama. Dengan demikian, gaji bulanan habis lebih cepat tanpa perubahan signifikan dalam pola belanja.
Strategi Mengatasi Gaji Cepat Habis
Untuk mengatasi masalah ini, perencana keuangan menyarankan beberapa langkah praktis. Pertama, buat anggaran bulanan yang ketat dan prioritaskan kebutuhan pokok. Kedua, kurangi pembelian impulsif dengan membuat daftar belanja sebelum pergi ke toko. Ketiga, hindari pinjaman online kecuali dalam keadaan darurat, dan pastikan membaca syarat serta bunga dengan cermat.
Selain itu, menabung secara konsisten, meski dalam jumlah kecil, dapat membantu membangun cadangan keuangan. Misalnya, menyisihkan 10% dari gaji setiap bulan bisa menjadi langkah awal menuju stabilitas finansial. Dengan cara ini, masyarakat dapat lebih bijak mengelola pendapatan di tengah inflasi harga barang.
Tantangan ke Depan
Meski langkah-langkah tersebut dapat membantu, tantangan tetap ada. Kenaikan harga barang sulit dikendalikan karena dipengaruhi faktor global, seperti harga bahan bakar atau komoditas impor. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperkuat kebijakan pengendalian inflasi dan mendorong kenaikan upah yang seimbang.
Di sisi lain, masyarakat juga harus meningkatkan literasi keuangan. Dengan pemahaman yang baik tentang pengelolaan keuangan, mereka dapat menghindari jebakan konsumtif dan utang. Hanya dengan kombinasi kebijakan yang tepat dan perubahan perilaku, masalah gaji cepat habis dapat teratasi.