asean.or.id – Pada Minggu sore, 13 Juli 2025, Stadion Si Jalak Harupat di Kabupaten Bandung menyuguhkan kemeriahan final Piala Presiden 2025. Meskipun langit mendung dan hujan mengguyur, ribuan pecinta sepak bola dari berbagai daerah Indonesia memadati stadion untuk menyaksikan laga antara Oxford United dan Port FC. Selain pertandingan, event ini mengangkat 110 UMKM yang meraup keuntungan besar, mendorong perputaran ekonomi lokal yang signifikan.
UMKM Piala Presiden 2025 Tarik Minat Pengunjung
Menjelang kick-off pukul 19.30 WIB, pengunjung memenuhi area utara dan selatan Stadion Si Jalak Harupat, mengelilingi tenda-tenda UMKM. Para pedagang menawarkan kuliner tradisional seperti nasi timbel dengan lauk dan lalapan, serta makanan siap saji seperti seblak, bakso tahu, dan keripik. Minuman segar, misalnya es kopi susu dan es cendol, laris manis di tengah keramaian. Es kopi susu, khususnya, menjadi favorit karena menyegarkan.
Pelaku UMKM Piala Presiden 2025 menyediakan tidak hanya makanan, tetapi juga minuman hangat dan produk kemasan seperti kopi bubuk. Dengan lapak gratis dari panitia, mereka meraup pendapatan harian Rp1 juta hingga Rp5 juta. Selain itu, event ini menggerakkan sektor transportasi, perhotelan, dan jasa, karena banyaknya pengunjung dari luar daerah.
Kopi Sugih Adi Luhung, Primadona di Piala Presiden
Di antara puluhan UMKM, Kopi Sugih Adi Luhung milik Daep, warga Pasirjambu, Kabupaten Bandung, mencuri perhatian. Daep mengolah kopi dari kebunnya di Desa Sugihmukti, menawarkan varian seperti full wash, natural, honey, dan wine. Ia menjual es kopi susu hingga hot cafe latte dengan harga terjangkau, Rp15 ribu untuk minuman dan Rp65 ribu untuk kemasan 100 gram.
“Penjualan sangat luar biasa, bisa Rp3 juta sehari, bahkan lebih,” ujar Daep penuh semangat. Kopinya diminati karena aroma khas dan kesegaran Jawa Barat, yang terkenal sebagai penghasil kopi terbaik. Banyak pengunjung dari luar kota membeli kopi kemasan sebagai oleh-oleh, meningkatkan popularitas produknya.
Pemerintah Dukung UMKM Piala Presiden 2025
Ketua Steering Committee Piala Presiden 2025, Maruarar Sirait, menegaskan bahwa kehadiran 110 UMKM mencerminkan komitmen pemerintah untuk mendukung usaha kecil. “Pemerintah peduli terhadap UMKM. Event ini menggerakkan ekonomi rakyat,” kata Ara, sapaan akrabnya. Ia menambahkan, meskipun Persib Bandung tidak masuk final, antusiasme penonton tetap menggairahkan ekonomi.
Ara menyampaikan amanat Presiden Prabowo Subianto agar event ini memberi manfaat bagi masyarakat kecil, termasuk pedagang asongan dan kaki lima. Oleh karena itu, panitia tidak memungut biaya sewa lapak, memaksimalkan keuntungan UMKM.
Dampak Ekonomi dan Peran Pemprov Jawa Barat
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menilai Piala Presiden 2025 menciptakan efek ekonomi yang luas. “Pedagang kecil ramai pembeli, sopir angkot kebagian rezeki, dan stadion penuh. Ini angin segar bagi masyarakat,” ujarnya. Menurut Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar, Jawa Barat memiliki 4,63 juta UMKM, dengan 85,02% usaha mikro. Kategori makanan mendominasi dengan 7.446 UMKM binaan.
Event ini tidak hanya meningkatkan pendapatan UMKM, tetapi juga sektor transportasi dan jasa. Dengan demikian, Piala Presiden 2025 menjadi penggerak ekonomi kerakyatan yang nyata.
Tantangan dan Langkah ke Depan
Meski sukses, UMKM menghadapi tantangan seperti persaingan antar-pedagang dan kebutuhan promosi lebih luas. Untuk itu, pemerintah daerah berencana memperluas dukungan melalui pelatihan dan akses pasar digital. Event seperti Piala Presiden diharapkan terus berlangsung untuk membuka peluang UMKM lokal menjangkau pasar lebih besar.
Keberhasilan UMKM Piala Presiden 2025 membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat mampu menciptakan ekosistem ekonomi inklusif. Stadion Si Jalak Harupat tidak hanya menjadi arena olahraga, tetapi juga panggung bagi UMKM untuk bersinar.