Pertandingan Liga Italia di Luar Negeri

Pertandingan Liga Italia di luar negeri

Asean.or.idJakarta, 8 Oktober 2025 – Serie A mengumumkan rencana ambisius untuk menggelar pertandingan Liga Italia di luar negeri, dengan laga AC Milan melawan Como di Perth, Australia, pada Februari 2026. Keputusan ini memicu reaksi keras dari gelandang Rossoneri, Adrien Rabiot, yang menyebutnya “gila” karena perjalanan jarak jauh. Langkah ini menandai kali pertama laga reguler liga top Eropa digelar di luar benua, bertujuan memperluas jangkauan global. Oleh karena itu, inisiatif ini memicu debat tentang keseimbangan antara promosi komersial dan kesejahteraan pemain.

UEFA menyetujui rencana ini, yang juga mencakup laga Villarreal versus Barcelona di Miami, Amerika Serikat, pada Desember 2025. FIFA masih perlu memberikan persetujuan akhir untuk mewujudkan rencana ini. Selain itu, keputusan ini berbeda dari tradisi sebelumnya, di mana hanya laga seperti Piala Super Italia digelar di luar negeri. Dengan demikian, Serie A dan La Liga menjadi pelopor dalam tren baru ini, meski menghadapi tantangan logistik dan opini publik.

Pertandingan Liga Italia di Australia: Strategi Promosi

Serie A memanfaatkan pertandingan Liga Italia di luar negeri untuk memperluas pasar global. Australia, dengan komunitas penggemar sepak bola Eropa yang besar, menjadi destinasi strategis. Perth diharapkan menarik ribuan penonton, termasuk diaspora Italia yang antusias. Misalnya, laga ini dapat meningkatkan pendapatan dari hak siar dan sponsor, seperti yang terjadi pada Piala Super Italia di Arab Saudi.

Rabiot, yang bergabung dengan Milan musim ini, mengakui motif finansial di balik keputusan ini. “Kesepakatan ini meningkatkan visibilitas liga,” ujarnya kepada Le Figaro pada Selasa (7/10/2025). Namun, ia mempertanyakan logika perjalanan ribuan kilometer untuk laga antar tim Italia. Sehingga, langkah ini mencerminkan tren komersialisasi sepak bola yang kian mendominasi, sering kali mengesampingkan kenyamanan pemain.

Reaksi Pemain terhadap Pertandingan Liga Italia di Luar Negeri

Keputusan menggelar pertandingan Liga Italia di luar negeri menimbulkan kekhawatiran tentang kesehatan pemain. Rabiot menyoroti dampak perjalanan 14.000 km ke Australia. “Sungguh gila menempuh jarak sejauh ini untuk laga antar tim Italia,” katanya. Perjalanan ini dapat menyebabkan jet lag dan kelelahan, terutama di tengah jadwal padat Serie A, Liga Champions, dan Coppa Italia.

Pemain lain, seperti kapten Milan, Davide Calabria, menyuarakan kekhawatiran serupa melalui media sosial. Ia menekankan perlunya memprioritaskan kesehatan atlet di tengah jadwal yang melelahkan. Selain itu, laporan UEFA tahun 2024 mencatat kenaikan cedera sebesar 20% akibat akumulasi pertandingan. Oleh karena itu, pemain menyerukan diskusi dengan otoritas liga untuk mencari solusi yang lebih seimbang.

Tantangan Pertandingan Liga Italia di Luar Negeri

UEFA menyetujui pertandingan Liga Italia di luar negeri dengan syarat ketat, termasuk jaminan logistik dan keamanan. FIFA masih mengevaluasi dampak terhadap integritas kompetisi, karena laga di luar negeri berpotensi mengganggu keadilan kompetitif. Misalnya, Como sebagai tim tamu menghadapi tantangan perjalanan lebih berat dibandingkan Milan. Dengan demikian, FIFA mungkin meminta penyesuaian jadwal untuk meminimalkan ketimpangan.

Liga Jerman (DFL) menolak konsep serupa demi menjaga tradisi lokal, sementara Premier League pernah mengusulkan ide ini pada 2008, tetapi ditolak FIFA dan suporter. Sehingga, Serie A dan La Liga menjadi pelopor, meski risiko penolakan suporter tetap signifikan. Asosiasi suporter Milan, seperti Curva Sud, telah menyuarakan ketidakpuasan melalui media sosial, menuntut laga kandang tetap di Italia.

Dampak Pertandingan Liga Italia di Luar Negeri pada Suporter

Keputusan ini memengaruhi suporter di Italia, yang kehilangan kesempatan menyaksikan laga kandang di San Siro. Tiket di Perth diperkirakan lebih mahal, membatasi akses penggemar lokal. Namun, acara ini membuka peluang bagi diaspora Italia di Australia untuk mendukung tim favorit mereka secara langsung. Selain itu, Serie A merencanakan sesi jumpa fans dan acara komunitas untuk meningkatkan engagement di Perth.

Komunitas lokal di Perth juga diuntungkan melalui pariwisata dan ekonomi. Pemerintah Australia Barat memperkirakan pendapatan wisata mencapai AUD 10 juta dari laga ini. Acara ini juga akan menampilkan pameran budaya Italia, seperti kuliner dan musik, untuk menarik wisatawan. Oleh karena itu, laga ini tidak hanya promosi olahraga, tetapi juga investasi ekonomi bagi tuan rumah.

Masa Depan Komersialisasi Sepak Bola

Inisiatif ini mencerminkan tren globalisasi sepak bola, dengan liga top Eropa menargetkan pasar baru di Asia, Amerika, dan Australia. Namun, resistensi dari pemain seperti Rabiot menunjukkan perlunya keseimbangan antara komersialisasi dan kesejahteraan atlet. FIFPro, serikat pemain sepak bola, mendorong regulasi yang membatasi jumlah pertandingan tahunan untuk melindungi kesehatan pemain. Misalnya, laporan FIFPro 2024 menunjukkan pemain top Eropa rata-rata bermain 60 pertandingan per musim, melebihi ambang batas aman.

Serie A akan mengevaluasi hasil laga ini untuk merencanakan ekspansi lebih lanjut. Jika sukses, laga lain mungkin digelar di pasar seperti Asia atau Timur Tengah. Namun, liga perlu melibatkan suporter dan pemain dalam pengambilan keputusan untuk menghindari backlash. Dengan demikian, pertandingan Liga Italia di luar negeri berpotensi menjadi model baru, asalkan mempertimbangkan kepentingan semua pihak.

Secara keseluruhan, laga Milan versus Como di Australia menandai era baru bagi Serie A, tetapi juga menimbulkan tantangan. Kesuksesan inisiatif ini bergantung pada kemampuan liga untuk menyeimbangkan ambisi komersial dengan kebutuhan pemain dan suporter. Sehingga, Serie A perlu merancang strategi yang inklusif untuk memastikan dampak positif jangka panjang bagi sepak bola Italia.