Hai, ada kabar penting nih dari kancah ekonomi global! Amerika Serikat (AS) dan China akhirnya duduk semeja lagi untuk membahas perundingan dagang AS China. Kali ini, lokasinya di Kuala Lumpur, Malaysia. Kira-kira, bisakah pertemuan ini jadi sinyal positif meredanya ketegangan perdagangan yang sudah bikin deg-degan dunia? Yuk, kita bahas lebih lanjut.
Babak Baru Perundingan Dagang AS-China: Mungkinkah Ketegangan Reda?
Setelah sekian lama bersitegang, AS dan China memulai lagi dialog tingkat tinggi pada Sabtu (26/10). Tujuannya jelas: meredakan ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia. Pihak AS bahkan menyebut hari pertama pembicaraan ini “sangat konstruktif.” Wah, sebuah awal yang baik, kan?
Awal Mula Dialog Penting di Negeri Jiran
Pertemuan ini bukan kaleng-kaleng, lho. Delegasi dari kedua negara bertemu di salah satu landmark Kuala Lumpur, Merdeka 118, selama kurang lebih lima setengah jam.
Siapa Saja yang Terlibat dalam Perundingan Ini?
Delegasi AS dipimpin oleh Sekretaris Keuangan Scott Bessent. Sementara itu, tim China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, yang dikenal dekat dengan Presiden Xi Jinping. Bisa dibilang, orang-orang penting yang turun tangan langsung.
Apa yang Dibahas (Walaupun Masih Rahasia)?
Seorang juru bicara Departemen Keuangan AS bilang diskusinya positif, meskipun belum ada rincian poin kesepakatan yang dibuka ke publik. Mereka dijadwalkan lanjut pertemuan esok harinya. Delegasi China? Masih bungkam seribu bahasa usai pertemuan pertama.
Menuju Pertemuan Puncak Trump-Xi: Harapan dan Tuntutan
Perundingan dagang AS China di Malaysia ini punya peran vital sebagai “pemanasan” sebelum dialog tatap muka antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping. Pertemuan puncak ini rencananya akan berlangsung Kamis (30/10) di sela-sela KTT APEC di Korea Selatan.
Misi Berat Menjembatani Perbedaan
Bessent dan He Lifeng punya tugas super berat: menjembatani perbedaan sekaligus menegosiasikan pencabutan berbagai sanksi pembalasan yang sudah diterapkan kedua negara. Bukan perkara mudah, ya!
Daftar Keinginan Donald Trump
Bertepatan dengan perundingan dagang AS China ini, Presiden Trump lagi kunjungan ke Asia. Di pesawat Air Force One, beliau bilang ada “banyak hal untuk dibahas” dengan Xi dan berharap kedua pihak bisa kompromi.
“Mereka harus membuat konsesi, dan saya kira kami juga begitu. Tarif kami terhadap mereka sudah 157 persen. Itu tidak berkelanjutan bagi mereka. Mereka ingin menurunkannya, sementara kami juga menginginkan hal tertentu dari mereka,” ujar Trump.
Secara spesifik, Trump menuntut:
- Xi Jinping melanjutkan pembelian kedelai asal AS.
- Menindak perdagangan fentanil.
- Melonggarkan pembatasan ekspor komoditas penting, termasuk logam tanah jarang.
Respon dan Aksi Balasan China
Stabilitas hubungan AS-China sempat kembali goyang setelah Washington memperluas pembatasan di sektor teknologi dan ngotot nambah pungutan kapal China. Beijing juga nggak tinggal diam, lho. Mereka balas dengan memperketat kontrol ekspor logam tanah jarang—langkah yang sempat bikin Trump geram awal Oktober lalu.
Dampak Global dan Harapan dari Malaysia
Dampak dari ketegangan perdagangan ini memang terasa banget secara global, bikin ketidakpastian ekonomi global makin menjadi-jadi.
Di sela-sela KTT ASEAN di Kuala Lumpur, Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan menyampaikan harapan. “Kami hanya bisa berharap AS dan China kembali berpikir rasional,” ujarnya. “Jika itu terjadi, bukan hanya dunia, tetapi juga kawasan ini yang akan mendapat manfaat besar.” Semoga saja, ya!
Kapan Perang Dagang Ini Berakhir?
Traktat gencatan dagang kedua negara sendiri akan berakhir pada 10 November mendatang. Jadi, apakah perundingan dagang AS China di Malaysia ini bisa membawa titik terang atau justru memperpanas suasana perang dagang? Kita tunggu saja kelanjutannya. Yang jelas, banyak mata tertuju pada hasil pertemuan ini.
